Malam belum begitu larut masih sekitar jam 8. Tapi angkot yang akan
menuju rumahku sudah jarang yang melintasi kalaupun ada angkotnya penuh.
Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. Aku menunggu angkot yang
akan membawa aku kerumah.
Beginilah setiap hari aku
pulang sekolah harus sampai larut malam. Ini karena jadwal disekolah ku
padat sekali dan jarak sekolahku yang memang jauh. Dalam balutan malam
yang gelap aku berdiri dipinggir jalan sendiri, ya hanya sendiri sampai
seseorang yang selaluku nanti kehadirannya datang dan bersamaku menunggu
angkot.
Seseorang, aku tak tahu siapa namanya, dari mana
dia berasal dan akan kemana dia pergi, kami memang belum pernah
berkomunikasi. Tampangnya tenang dan tak pernah berbasa-basi sepertinya
tapi meski begitu kehadirannya membuat aku merasa aman. begitulah
malam-malam ku berlalu bersama seseorang itu.
Aku ingin
sekali mengenalnya. Tapi gengsi ah masa iya wanita duluan. Aku tidak mau
disebut wanita agresif. Makanya meski banyak malam kami lalui tiada
sepatah kata yang menghiasi kebersamaan kami. Tapi walau begitu dia
ramah, dia selalu tersenyum manis, dia gagah karena aku merasa
terlindungi. Pernah suatu ketika aku menunggu sendiri. Tempatnya sama
disini. Ada dua orang laki-laki duduk di sebelahku. Seperti di film-film
mereka mencoba mengajakku kencan dan merayu. Lalu datang dia. Dia
berdiri dengan tenangnya. Lalu entah kenapa kemudian dua laki-laki itu
pergi. Dari situlah aku merasa kehadirannya membuat aku aman dan merasa
nyaman.
Saat pertemuan pertama kali disini ditempat ini.
Aku berdiri menunggu angkot dan dia juga berdiri menunggu angkot. Jarak
aku dan dia ada lah sekitar 5 meter. Dan grafiknya jaraknya terus
mengalami kedekatan. Waktu itu kita cuek-cuek saja.
Saat
ini jarak aku dengannya sekitar 2 meter saja. Dia selalu tersenyum.
tapi komunikasi kita semu. Malam itu angkut terasa lama sekali. Aku
lihat dia juga sudah lelah menunggu. Beberapa kali dia melihat jam di
arloji tangannya.
Bosan menunggu akhirnya dia pergi. Aku
sedikit kecewa, ku pikir dia akan berjalan kaki karena bosan menunggu.
Tapi pikirku salah beberapa saat dia kembali membawa sebungkus bakwan.
ternyata dia lapar. Haha.... Lucu sekali melikat dia kelaparan.
Detik
berikutnya dia mendekatiku. Aduh aku degdegan sermpat terbesit di
benakku untuk mengambil cermin di dalam tas dan menyisir rambutku. Tapi
gak mungkin karna dia terlalu dekat. Akhirnya aku pasrah menampilkan
diriku yang seadanya, biarlah dia mau berkata apa...
“Mau......”
“Laper Ya...”
“Iya.......”
“Beneran nawarin ni”
“Iya, Ambil aja”
Aku
lalu mengambil satu bakwan dari sebungkus bakwan yang dia sodorkan. Aku
makan sedikit-sedikit, Biasalah jaga image. Aku gak mau dia menilai aku
wanita yang rakus. Walaupun sebenarnya perut aku memang lagi ngamen
ni...
“Lagi”
“Udah, cukup”
Tak berapa lama sebuah angkot berhenti didepan kami. Angkotnya memang tidak kosong tapi cukuplah buat menampung kami berdua.
Hari
yang melelahkan, dia tertidur di dalam angkot sampai aku turun dari
angkotpun dia tetap tertidur aku tak berani membangunkannya.
***
Kejadian
semalam membuat aku lebih bersemangat. Aku bertekat untuk lebih agresif
dengannya. Aku akan bertanya banyak hal sama dia. Makanya supaya aku
tidak lupa aku menulis daftar pertanyaan yang akan aku buat di buku
catatan. Aku mau tanya namanya yang tak sempat ku tanyakan semalam , aku
mau tanya tempat tinggalnya, dimana dia kerja, atau apa dia masih
kuliah. Pokonya banyak hal yang akan kutanyakan. Menunggu memang hal
yang menjenuhkan untuk sampai ke jam 8 malam dan kembali ke kegiatanku
menunggu angkot seperti bertahun-tahun.
Dan waktu yang aku
tunggupun tiba. Masih pada tempat dan jam yang sama aku berdiri tegak
sambil menunggu. Bukan sekedar menunggu angkot tetapi menunggu dia.
Berkali-kali aku ambil cermin dari dalam tasku untuk melihat
penampilanku. Aku ingin malam ini gak ada yang salah dari wajahku.
Berkali juga aku meratakan bedak di pipiku takut kalau bedaknya tak
merata.
Waktu berlalu terus. Jam berjalan begitu cepat.
Hal yang tak kusadari jam sudah menunjukkan jam 9 malam. 1 jam aku lalui
hanya untuk mengotak-atik penampilanku. Tapi kemana dia. Dia belum
datang juga. Biasanya jam 8 dia sudah sampai disini tapi sekarang dia
belum datang juga. Waktu lagi-lagi berlari pergi sampai di jam 10 tiba.
Angkot yang terakhirpun sudah dihadapanku. Aku pun tak punya pilihan.
Akupun naik bersama harapan kosong yang ku tinggalkan...
Sejak
malam itu, aku tak menemukan dia. Hari selanjutnya aku tak pernah
menemukan dia lagi. Aku tak tahu dia kemana dan aku tak tahu dia ada
dimana. Jejaknya meninggalkan rasa dihatiku. Sebuah rasa yang tak pernah
aku ungkapkan kepadanya. Entah dia tahu atau tidak. Kini harapanku
adalah menemukan dia lagi. Walau entah kapan?.
0 komentar :
Post a Comment